Menentukan harga produk merupakan salah satu hal penting dalam berbisnis karena dapat mempengaruhi keuntungan yang Anda dapatkan. Meski tampak mudah, jika Anda tidak menghitung harga dengan baik, bisnis Anda berpotensi gagal total. Artikel ini akan menjelaskan cara atau metode yang dapat Anda gunakan untuk menentukan harga jual produk Anda.
Cara Menentukan Harga Jual Produk
1. Cost-plus pricing
Dalam metode ini, Anda tinggal menjumlahkan total biaya produksi per jumlah produk, setelah itu menambahkan margin profit sesuai keinginan. Berikut rumus untuk menghitungnya:
Price = [(Fixed Cost + Variable Cost)/Quantity] + [Profit Margin x (Fixed Cost + Variable Cost)/Quantity]
Sebagai contoh, Anda memproduksi 100 sepatu dengan total biaya sewa tempat Rp 2 juta, biaya listrik Rp 500 ribu, biaya tenaga kerja Rp 10 juta, biaya bahan baku Rp 20 juta, dan biaya pemasaran Rp 5 juta. Jika Anda ingin mendapat profit 10% tiap pcs produk, maka harga jualnya yaitu:
Harga jual = (Rp 37,500.000 / 100) + (10% x (Rp 37,500.000 / 100))
Harga jual = Rp 375.000 + Rp 37.500
Harga jual = Rp. 412.500 / produk
2. Mark-up pricing
Dalam metode ini, Anda menentukan harga jual terlebih dulu, baru setelah itu menghitung margin profitnya. Berikut rumus untuk menghitungnya:
Profit = (Price x Quantity) – Total Cost
Sebagai contoh, Anda memproduksi 300 sepatu dengan harga Rp 150 ribu/pcs produk. Setelah di total, Anda ternyata mengeluarkan biaya produksi sebesar Rp 30 juta. Maka jumlah profit yang Anda dapat yaitu:
Profit = (Rp 150.000 x 300) – Rp30,000,000
Profit = Rp15,000,000
Maka, total jumlah profit dari 300 sepatu Anda adalah Rp 15.000.000, atau 50% dari total biaya produksi.
3. Break even pricing
Metode ini sering digunakan oleh perusahaan baru yang belum fokus menghasilkan laba. Berikut rumus untuk menghitungnya:
Price = (Fixed Cost + Variable Cost)/Quantity
Sebagai contoh, Anda memproduksi 100 sepatu dengan fixed cost Rp 15 juta dan variable cost sebesar Rp 50 ribu/pcs produk maka harga jualnya yaitu:
Price = [Rp 15.000.000 + (Rp 50.000 x 100 pcs produk)]/100
Price = (Rp 15.000.000 + Rp 5.000.000)/100
Price = Rp 200.000 /produk
4. Menentukan harga berdasarkan kompetisi (competition-based pricing)
Dengan mengetahui harga dari para pesaing, Anda setidaknya memiliki patokan harga. Ini bukan berarti Anda harus memberikan harga sama seperti harga yang ditawarkan pesaing. Jika produk Anda lebih berkualitas, memiliki kemasan yang menarik dan berguna (misalnya menggunakan tote bag sebagai pengemas barang jualan) maka Anda pantas menetapkan harga jual sendiri yang lebih tinggi. Kekurangan dari metode ini yaitu Anda dapat mengabaikan biaya produksi jika terlalu fokus dengan harga yang ditetapkan pesaing.
5. Menentukan harga berdasarkan pelanggan (customer-based pricing)
Dalam metode ini, cara menentukan harga jual produk yaitu berdasarkan persepsi pelanggan terhadap produk Anda. Untuk melakukan metode ini, Anda perlu melakukan survei pelanggan. Anda bisa melakukan wawancara atau memberi kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:
- Apakah pelanggan berasumsi bahwa harga menggambarkan kualitas produk?
- Apakah pelanggan merasa uang yang dihabiskan sepadan nilai yang diterima?
- Apakah pelanggan lebih mementingkan prestise dibanding harga?
- Survei ini bisa membantu kamu menentukan harga produk yang kamu jual.
Kekurangan dari metode ini adalah Anda akan mengabaikan biaya produksi juga kompetisi harga jika terlalu fokus pada pelanggan.
6. Metode keystone
Cara menentukan harga jual menggunakan metode ini yaitu dengan menjumlah 2 x harga grosir atau biaya perolehan produk. Sekilas, metode keystone mirip dengan metode markup, tetapi biasanya markup memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Bahkan, ada yang jumlahnya mencapai 100%. Biasanya, metode ini banyak digunakan oleh department store atau ritel. Hal ini dilakukan agar pebisnis lebih fleksibel dalam membuat strategi diskon dan menjaga agar tidak mengalami kerugian. Penetapan harga jual produk keystone tidak hanya demi keuntungan semata namun juga karena adanya faktor lain seperti stok barang yang tidak laku, berlebihan atau tidak bisa dijual.
Misalnya, Anda biaya produksi yaitu Rp 100.000/produk, maka Anda dapat menentukan harga jual menjadi Rp 200.000/produk jika menggunakan metode ini. Jika ingin menerapkan metode ini, pastikan Anda mempertimbangkan segala aspek sehingga bisnis Anda tetap memiliki pelanggan. Misalnya, produk yang dijual memiliki kualitas bagus sehingga menarik minat target pasar.
7. Value Based Pricing
Value based pricing yaitu sebuah produk akan disesuaikan dengan nilai yang telah diberikan oleh pelanggan. Umumnya, ada indikator yang harus dipenuhi sehingga penjual bisa memperoleh harga jual produk sesuai dengan penilaian dari pelanggan. Nilai yang diberikan pelanggan ini bisa didapatkan melalui survey/riset. Value based pricing biasa digunakan untuk menjual produk koleksi yang unik atau memiliki nilai khas, seperti karya seni dan perhiasan.
8. Manufacturer Suggested Retail Price (MSRP)
MSRP adalah harga pokok yang ditetapkan asosiasi pebisnis dalam satu industri sama/setara. MSRP disebut juga sebagai harga eceran yang disetarakan. Meski sudah ditentukan, beberapa penjual tetap bisa menaikkan harga produk di atas harga MSRP. Jika Anda menginginkan keuntungan maksimal, maka pastikan biaya produksi Anda lebih rendah dari MSRP.
9. Market-Based Pricing
Metode ini mirip dengan MSRP namun, harga dalam metode market-based tidak ditentukan berdasarkan kesepakatan, melainkan terbentuk secara alami di pasar. Biasanya, harga yang lebih tinggi dari ketentuan market-based pricing muncul karena produk tersebut sedang sulit ditemukan dipasar. Sebaliknya, harga jual menjadi lebih rendah karena stoknya sedang melimpah. Metode ini dapat Anda terapkan jika Anda menjual produk dengan banyak pesaing. Saat menggunakan metode ini, Anda tidak perlu pusing menghitung harga sendiri, cukup mengikuti harga umum di pasar.