Dalam mengelola bisnis, ada sebuah proses yang dinamakan dengan manajemen laba. Manajemen laba atau sering disebut juga dengan earning management adalah salah satu strategi dalam akuntansi yang bermanfaat untuk mengetahui kondisi perusahaan dan kinerja perusahaan. Selain itu, pada umumnya strategi manajemen ini digunakan oleh pihak manajemen perusahaan untuk memanipulasi laporan keuangan terutama intervensi tingkat laba untuk tujuan tertentu seperti meningkatkan kepercayaan pembeli modal, mengurangi pajak, dan lain sebagainya.
Meski sebagian menganggap tindakan ini sebagai kecurangan, namun ada pula yang menganggapnya sebagai praktik yang normal karena kegiatan intervensi masih dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pola manajemen laba beserta strategi yang dapat digunakan untuk melakukannya.
Pola Manajemen Laba
1. Taking a bath
Pola taking a bath biasanya terjadi pada saat reorganisasi, termasuk pengangkatan Chief Executive Officer (CEO) baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Manajemen perusahaan perlu menghapus sejumlah aktiva dan harus membebankan kisaran biaya yang diperlukan di masa mendatang ke dalam laporan keuangan saat ini. Tidak hanya itu, manajemen perusahaan juga perlu melakukan clear the desk agar laba di laporan keuangan di periode selanjutnya lebih tinggi daripada periode sebelumnya.
2. Income minimization
Pola income minimization adalah pola manajemen yang dilaksanakan ketika profitabilitas atau laba perusahaan sangat tinggi dengan cara menurunkan laba tersebut. Hal ini bermanfaat untuk mendapat perhatian secara politis. Jadi ketika laba pada periode mendatang diperkirakan turun, dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. Hal yang perlu dilakukan adalah menghapus barang modal dan aktiva yang tidak berwujud, pengeluaran penelitian dan pengembangan produk atau jasa, serta biaya iklan.
3. Income maximization
Berbanding terbalik dengan pola sebelumnya, pola income maximization dilakukan ketika profitabilitas perusahaan sedang mengalami penurunan. Tujuan dari pola manajemen laba ini adalah dapat melindungi perusahaan dari pelanggaran perjanjian utang dan agar mendapat bonus yang besar. Pola tersebut biasanya dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income smoothing
Pola income smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan untuk laporan eksternal. Jadi, perusahaan dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar. Hal ini karena pada umumnya, investor lebih menyukai laba yang relatif stabil. Pola income smoothing ini dikenal sebagai hal yang paling menarik dalam earning management.
Strategi Manajemen Laba
1. Mengubah metode akuntansi
Untuk melakukan manajemen laba, Anda dapat mengubah metode akuntansi perusahaan. Hal ini karena metode akuntansi yang berbeda juga dapat menghasilkan perhitungan yang berbeda. Oleh karenanya, manajemen perusahaan bisa melakukan perubahan metode akuntansi untuk menaikkan atau menurunkan laba perusahaan sesuai kebutuhan. Misalnya dengan mengubah suatu metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun (sum of the year digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line). Meski adanya perubahan metode yang digunakan akan memunculkan perbedaan, tetapi hal ini tidak membuat manajemen menyalahi peraturan.
2. Mengatur kebijakan akuntansi
Strategi manajemen laba lainnya yaitu dengan mengatur kebijakan akuntansi. Dalam hal ini, perusahaan dapat membuat estimasi akuntansi sendiri. Beberapa kebijakan akuntansi yang bisa diatur sesuai kebutuhan manajemen, yaitu kebijakan jumlah piutang tidak tertagih, kebijakan tentang biaya garansi, atau kebijakan terkait proses pengadilan yang belum mencapai keputusan.
3. Memindahkan periode biaya atau pendapatan
Strategi berikutnya yaitu manajemen perusahaan dapat melakukan perpindahan periode biaya atau pendapatan sering disebut juga sebagai manipulasi keputusan operasional. Misalnya, dengan cara mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan hingga periode akuntansi berikutnya. Manajemen perusahaan juga bisa mempercepat atau menunda pengeluaran biaya promosi sampai periode berikutnya. Dalam beberapa kasus, perusahaan bahkan dapat melibatkan pihak eksternal seperti vendor. Jadi, pihak manajemen bekerja sama dengan vendor agar pengiriman invoice ditunda sampai periode akuntansi berikutnya.